Muhammadiyah Gelorakan Ta’awun

Wapres Jusuf Kalla menerima penghargaan Muhammadiyah Award.

SWARNANEWS.CO.ID Oleh: Binti Sholikah, Rizky Jaramaya

“Melalui tema tersebut Muhammadiyah membawa pesan kepada seluruh komponen bangsa termasuk pemerintah dan kekuatan politik nasional agar secara kolektif mengerahkan segala daya dalam mengelorakan semangat kemitraan dan tindakan nyata untuk saling menolong dan kerja sama untuk kebaikan, kemaslahatan, dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di hadapan hadirin peringatan milad tersebut.

Haedar menegaskan, selain saling tolong-menolong, sikap ta’awun juga mencegah segala bentuk kerja sama dan konspirasi dalam dosa dan keburukan. Menurut Haedar, Islam menunjung tinggi nilai tolong-menolong antara manusia. Termasuk di dalamnya kerja sama dalam toleransi yang membawa kemaslahatan hidup bersama.

“Dalam bernahi mungkar harus ditunaikan dengan cara yang makruf dan baik. Bahwa keburukan jangan dibalas dengan keburukan yang serupa,” kata Haedar.

Secara praktis, Haedar mengatakan, semangat ta’awun bisa diejawantahkan dalam bentuk menolong saudara-saudara se-Tanah Air yang terkena bencana seperti di Sulawesi Tengah dan NTB belakangan.

Menurut dia, Muhammadiyah akan meluncurkan program-program penanggulangan dan akselerasi daerah-daerah tersebut. Selain itu, kata dia, sikap praktis ta’awun lainnya yaitu mencegah keretakan dan konflik yang meluas akibat perbedaan pada tahun politik ini.

“Semangat ukhuwah dan gotong royong itu niscaya terus disebarluaskan. Ukurannya adalah ketika terdapat peberbdaan pandangan dan kepentingan satu sama lain mau saling berkorban dan berbagi, bukan saling mengutamakan kepentingan dna mau menang sendiri,” ujarnya.

Gerakan Ta’awun untuk Negeri, kata Haedar, juga menggelorakan pemberdayaan warga yang lemah. Menurut Haedar, jika satu persen golongan di negeri ini menguasai mayoritas kekayaan, maka hal itu adalah sumber utama kesenjangan ekonomi yang harus dipotong mata rantainya secara sistemik. Ia menekankan, di Indonesia tidak boleh kelompok-kelompok dan tangan perkasa dibiarkan menguasai hajat hidup bangsa dan negara.

Selain itu, gerakan Ta’awun untuk Negeri juga dapat melalui dialog pikiran atas persoalan bangsa seperti radikalisme dan intoleransi. “Jangan jadikan masalah-masalah tersebut sebagai proyek dan komoditas karena akan kehilangan objektivitas dalam menyusun format pemikiran dan strategi penyelesaian masalah secara sistemik dan menyeluruh, bukan penyelesaian masalah secara instan dan parsial,” ungkap Haedar.

Dalam peringatan milad semalam, PP Muhammadiyah juga secara khusus menganugerahkan Muhammadiyah Award kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla. Penghargaan itu diserahkan atas dedikasi Jusuf Kalla dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian.

Dalam sambutannya, Jusuf Kalla yang menghadiri peringatan milad ke-106 Muhammadiyah di Solo menyampaikan selamat kepada segenap warga Muhammadiyah. “Begitu banyak pendidikan, sekolah, rumah sakit, usaha sosial lainnya yang memberikan makna yang besar dan sumbangan yang besar kepada bangsa ini,” ujar Jusuf Kalla dalam sambutannya.

Jusuf Kalla mengatakan, penghargaan terhadap dirinya yang masih menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat PB Nahdlatul Ulama adalah simbol tersendiri soal semangat ta’awun yang disuarakan Muhammadiyah. Ia juga berharap organisasi lain, bahkan pengelola bangsa, bisa belajar dari Muhammadiyah.

Ia bertamsil, Muhammadiyah seperti sebuah holding company, yang artinya semua cabang dan amal usaha mempunyai sistem yang sama. Muhammadiyah juga punya kemampuan manajerial yang besar yang bisa mencontohkan bahwa untuk memajukan suatu bangsa harus ada sistem yang baik. Mudah-mudahan, seratus tahun yang akan datang, ketika Muhammadiyah milad ke-200, insya Allah akan jauh lebih besar. Itulah harapan saya,” kata Jusuf Kalla.

Rangkaian perayaan milad ke-106 Muhammadiyah kali ini dipusatkan di Kota Solo. Sejumlah acara juga digelar di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Pabelan, Kabupaten Sukoharjo. Sementara Pura Mangkunegaran dipilih sebagai lokasi puncak peringatan karena hubungan erat Muhammadiyah dengan lokasi itu dan Keraton Kasunanan Surakarta.

Teks: Rep

Editor: Sarono PS