SWARNANEWS.CO.ID | Malang, SUASANA duka masih begitu terasa di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sejak peristiwa kelam itu terjadi pada Sabtu (1/10/2022) malam. Kanjuruhan terlihat seperti permakaman.
Taburan bunga terhampar di pintu gerbang berwarna biru. Ada juga rangkaian bunga yang disandarkan pada pintu.
Beberapa jersei dan syal biru Arema FC digantung di pintu biru, juga ditempatkan pada dinding hias yang semestinya berfungsi sebagai ventilasi. Dinding itu bolong setelah dijebol suporter yang terjebak di dalam stadion.
Rekaman video yang beredar di media sosial menggambarkan betapa mencekamnya suasana saat terjadi Tragedi Kanjuruhan, terutama di pintu keluar Tribune 13.
Para suporter berdesak-desakan karena panik setelah polisi menembakkan gas air mata ke arah tribune. Mereka berusaha keluar, tetapi tertahan pintu yang masih tertutup.
Korban sudah berjatuhan. Ada yang karena kondisi badan lemas sehingga jatuh dan terinjak-injak. Ada pula yang kehabisan napas.
Kondisi memang membingungkan malam itu. Penonton tidak bisa keluar ataupun kembali ke arah tribune karena perihnya mata atau napas yang sesak akibat gas air mata.
Beberapa suporter pria yang masih memiliki tenaga, juga orang-orang di luar stadion kemudian menjebol ventilasi itu.
Saat Presiden Joko Widodo mendatangi Stadion Kanjuruhan, pintu gerbang di Tribune 13 itu menjadi sorotan. Secara khusus, Jokowi mencatat soal pintu yang tertutup serta tangga yang terlalu curam.
Memang banyak korban jiwa di lokasi itu, tetapi lebih dari 100 korban yang tewas dalam Tragedi Kanjuruhan tidak hanya berasal dari pintu itu.
Presiden dianggap tidak bijaksana karena hanya menyoroti soal kondisi Stadion Kanjuruhan. Jokowi pun diminta lebih fokus menyoroti tembakan gas air mata yang dilakukan kepolisian, hingga menyebabkan kepanikan.
Hasil penyelidikan Komisi Nasional untuk Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membuktikan bahwa korban tewas dalam Tragedi Kanjuruhan mengalami kurang oksigen dan disebabkan gas air mata.
Komisioner Bidang Penyelidikan dan Pemantauan Komnas HAM Choirul Anam mengungkap bahwa situasi ricuh akibat gas air mata dan terjadi over-capacity di pintu-pintu keluar yang tak semuanya terbuka.
Kondisi jenazah para korban tampak biru menunjukkan kemungkinan kekurangan oksigen. Selain itu, banyak di antara jenazah dengan kondisi mata merah dan mengeluarkan busa dari mulutnya.
“Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa,” ujar Anam, melalui keterangan video kepada wartawan, Rabu (5/10/2022).
Data dari Kementerian PPPA menunjukkan, ada 33 anak-anak usia 4-17 tahun yang menjadi korban. Adapun hingga Selasa (4/10/2022) malam, Aremania melaporkan sedikitnya 4 anak belum ditemukan.
Anam tak menutup kemungkinan jumlah korban masih dapat bertambah seiring perkembangan waktu.