Waspadai Valentines Day Banyak Laporan Pelecehan Seksual
SWARNANEWS.CO.ID PALEMBANG |Direktur Women’s Crisis Centre Yeni Roslaini mengemukakan, para orangtua dan anak-anak remaja harus waspada. Sebab usai momen malam Valentines Day banyak terjadi laporan adanya pelecehan seksual dan kekerasan seksual yang masuk ke lembaga yang dipimpinnnya.
Pernyataan Yeni tersebut mengemuka pada acara Peringatan Hari Kasih Sayang dan Hari Anti Kekerasan Seksual yang digelar oleh Women’s Crisis Centre (WCC) bekerjasama dengan TP PKK Provinsi Sumsel di Griya Agung Palembang, Jumat (14/02/2020).
Hadir pada kesempatan tersebut Ketua TP PKK Sumsel Hj Febrita Lusita, Psikolog Hj. Telly P Ulviana Siwi, Finalis Putri Indonesia 2020 Gabriela Devita Febiola, serta Yeni Roslaini yang juga memandu acara tersebut. Sedangkan pesertanya ratusan mahasiswa dan pelajar di Kota Palembang
Sebelumnya pada acara pembukaan yang dipandu oleh Izzy Said. Saat itu pada sambutannya Istri Gubernur Herman Deru Hj. Febrita Lusita yang juga Ketua TP PKK Provinsi Sumsel mengingatkan mengingatkan kepada para mahasiswa dan pelajar jangan sampai melakukan tindakan kekerasan seksual ataupun pernikahan dini.
“Apa salah salah menikah dini? Salahnya kalau ternyata pernikahan itu tanpa persiapan sehingga rumah tangga yang dibangun tidak bertahan dalam waktu lama,” ujarnya.
Oleh karena usianya masih muda dan tanpa persiapan maka mereka belum dapat bertanggungjawab secara penuh.
Sedangkan agar jangan terjadi pelecehan seksual maka setiap diri perlu membentengi dirinya sendiri. Sedangkan berkaitan dengan pengalihan dorongan potensi seksual tersebut Febrita menyarankan, agar para remaja melakukan kegiatan positif berdasar minat dan bakat masing masing.
Pada diskusi yang dipandu oleh Yeni Roslaini, Hj. Telly P Ulviana Siwi menguraikan definisi pelecehan seksual. Menurutnya pelecehan seksual adalah tindakan yang dilakukan oleh orang baik yang belum atau sudah berkeluarga berkaitan dengan organ seksual. Agar tidak menjadi korban seksual maka Telly menyarankan agar para remaja menyadari betul bahwa organ seksual tersebut tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh. Sebab organ seksual itu adalah hal privacy yang menjadi hak baik pria maupun wanita. Untuk itu Telly juga mewanti-wanti jangan sampai baik laki-laki maupun perempuan melalui motif ekonomi minta dibelikan pulsa, uang atau apa sehingga si pemberinya meminta imbalan yang berkaitan dengan seksual.
“Oleh itu jangan gampang meminta ini itu yang akhirnya ketika telah menerima pemberian itu tak bias menolak ketika diminta imbalan berkaitan dengan seksual,” tandasnya.
Sementara itu Yeni menambahkan, kegiatan ini dilakukan karena WCC banyak menerima laporan pelecehan seksual setelah valentine days. Oleh karena bertepatan dengan tanggal tersebut dia mengingatkan agar kasus-kasus seperti itu tak terulang kembali di tahun ini ataupun tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan mengenai dampak menonton video porno Tiwi mengemukakan seringkali apa yang ditonton membangkitkan semangat erotis bagi yang menonton. Berikutnya karena remaja banyak minat maka timbul keinginan mencontoh adegan film porno tersebut.
Sedangkan Gabriela yang bertindak sebagai pembicara mengaku pernah menjadi korban kekerasan seksual di masa lalu.
Dengan berani speak out atau berbicara di luar maka bisa menginspirasi orang untuk tidak takut bercerita ketika menjadi korban kekerasan seksual sehingga menguatkan satu sama lain. Sedangkan hal yang bias menguatkan dirinya untuk tetap bertahan dan survive dalam menjani kehidupan maka setelah mengalami problem berat tersebut dirinya malah selalu mendekatkan diri pada Tuhan.
Maraknya kasus kekerasan seksual itu menjadikan WCC juga mengkampanyekan perlunya pendidikan seks sejak dini. Gaby juga menambahkan korban kekerasan seksual akan sangat membekas sampai kapanpun.
Pada sesi tanya jawab Santri salah seorang peserta mengemukakan kekerasan pelakunya bukan hanya laki laki saja tetapi juga perempuan. Kekerasan verbal dan non verbal baik fisik maupun kejiwaan. Kemudian Pinkan Velisa menanyakan bagaimana jika kekerasan sudah terjadi dalam waktu yang lama apakah bisa diproses secara hukum. Sedangkan Wulan Zahra Putri menanyakan bagaimana upaya menyembuhkan trauma korban. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Telly berdasarkan pendekatan psikologi. Peserta tampak serius dan antusias mengikuti acara tersebut hingga tuntas.
Teks/Editor: Sarono PS