Fenomena Libur Panjang Generasi Millenial: Bye bye Gadget, Welcome Teman Sejawat

Asih Wahyu RiniSWARNANEWS.CO.ID |Banyak hal menggelitik menikmati libur panjang tahun ini. Euforia wong kota pulang kampung tidak hanya sekedar mengobati rindu akan keluarga. Lebih sekedar itu sebagian dari mereka justru ingin lebih menikmati indahnya hari tanpa gangguan telepon genggam dan sejenisnya juga hiruk pikuk kebisingan kota.

Pagi itu matahari terasa sangat terik membawa gerbong lokomotif dari arah Stasiun Kertapati menuju Stasiun Rajabasa melaju dengan cepat.

Keluarga Halim (55) duduk dengan kursi bernomor 8a, 8b, 8c dan 7a, 7b. Kelima anggota keluarga di usia produktif ini tampak begitu tenang dan senang menikmati pemandangan sepanjang perjalanan dalam kereta berkelas ekonomi. kenyamanan kereta sekelas ekonomi milik PT KAI Divre Sumsel saat ini memang layak diacungkan jempol. penulis yang duduk tepat di nomor 7c sebelah keluarga ini pun mulai ikut larut dengan suasana hati pikiran keluarga Halim menikmati perjalanan ini.

Hampir dua jam sudah kereta melaju terus tanpa ada aral apapun. Hingga sesekali katup mata ini tertutup oleh rasa kantuk tiba tiba datang tanpa mengucap salam. Hingga akhirnya terbelalak saat melihat salah satu anggota keluarga Halim berteriak kegirangan berhasil memenangkan sebuah kompetisi.

Beberapa saat mata ini cukup tercengang kala menyaksikan kehebohan keluarga kecil ini. Tepat di hadapan mereka bukan kesibukan memainkan gadget layaknya awak penumpang kereta lain seakan tak butuh berteman dengan orang orang asing di sebelahnya. Namun di genggaman dan pangkuan mereka terlihat deretan mangkuk kecil dan bebatuan hitam yang mereka gunakan bermain congklak.

Meski di kepala Halim sudah tampak memutih sebagian rambut hitamnya dan keempat anggota keluarga lainya juga tidak muda lagi. Ternyata mereka mau melakukan itu hanya untuk membeli tawa sebuah kebahagiaan dan kenyamanan bersama.

Lebih menggelitik lagi sejak menit menit pertama keluarga Halim duduk bersebelahan dengan penulis, belum terlihat sama sekali memainkan gadget ataupun handphone mereka.

Penasaran inilah membuat penulis coba menyela riuh tawa canda kebahagiaan mereka dengan mata sedikit sembab menahan kantuk.

Apa sih asyiknya main congklak dibandingkan gadget lebih banyak fasilitas game maupun handphone lebih keren ngechat teman sana sini.
Dengan senyum bangga Halim mengaku risih dengan hp ataupun jenis Gadget saat menikmati waktu dengan keluarga. Keuntungan bisnis sebesar apapun tidak akan mampu membayar kualitas kebersamaan dengan keluarga. Bahkan setinggi apapun jabatan dan sebanyak apapun ilmu, tidak akan lebih besar dan banyak dibandingkan kita butuh dengan kenyamanan dalam keluarga.

Jawaban singkat padat itu seakan menyambar beberapa telinga penumpang lain yang tak jauh dari kursi tempat duduk kami. Tak heran kepala dan mata tadinya banyak tertunduk termangu ke arah Gadget dan hp mereka sontak diletakkan di pangkuan bahkan dimasukkan dalam tas.

hingga Halim sesekali memegang bahu istri di sebelahnya melanjutkan ceritanya. Dirinya bersama anak anak sudah menyepakati menikmati libur keluarga tanpa Gadget dan sejenisnya hingga sepekan kedepan. Semuanya ditinggalkan di rumah dalam keadaan off.

Lha, kok begitu? ya, inilah saat terpenting dalam keluarga di era millenial ini. Dimana sepanjang waktu semua disibukkan dengan Gadget. Mulai di rumah hingga di tempat kerja. Orang tidak lagi merasa kesepian meski lembur di kantor sendirian karena bisa ditemani Gadget. Orang jarang lagi butuh empati dari teman bahkan anak istri landasan lebih enjoy menikmati waktu bersama handphone. Bahkan pendidikan untuk anak harusnya dilakukan orang tua secara langsung sekarang melalui rekaman handphone. Dunia boleh mengglobal tapi manusia harus bisa memilih mana paling penting dari yang terpenting. termasuk dalam menggunakan hp.

 

Halim menceritakan betapa susah dua tahun lalu menerapkan ini dalam keluarganya. Tanpa menyombongkan diri ia istri dan ketiga anaknya semua sudah menduduki jabatan di beberapa lembaga pemerintahan dan swasta dalam waktu relatif muda. Sehingga hp dan Gadget bukan lagi sekedar keinginan tapi kebutuhan bahkan sudah menempati posisi pengganti teman. Ia bersyukur bisa merubah ini untuk menjaga keharmonisan keluarganya.
Tidak saja waktu liburan puasa hp n Gadget. Dalam sehari juga ada dua jam waktu di rumah tanpa gadget, dalam sepekan ada waktu setengah hari tanpa Gadget.

Ia sangat bersyukur jika berlibur ke kampung halaman di Lampung semua anggota keluarganya bisa bebas bermain bersama seluruh jenis permainan tradisional mulai congklak, lompat tali, petak umpet dan lainnya. bahkan tanpa mengenal usia karena kebersamaan hangat mampu menghipnotis anggota keluarga lain untuk ikut bermain bersama tanpa gangguan dering hp. semua dilakukan alami.

Bagaimana jika ada hal mendesak penting terkait peluang bisnis ataupun pekerjaan. Dengan entengnya Halim menjawab semua akan dilakukan setelah liburan. Semua teman sudah diberitahukan melakui status ia bersama keluarga akan melakukan ‘Pekan Off Gadget dan hp. Alhamdulillah semuanya lancar.Bahkan sebagian rekan rekanyanya sudah banyak meniru Halim.
Ia berpesan jika hal kecil ini bisa didisiplinkan dengan baik. Sangat yakin akan mampu membantu pengurangan angka kriminalitas, kekerasan anak, kekerasan dalam rumah tangga, hingga dekadensi moral seperti narkoba, tawuran hingga perilaku amoral lainya karena semua berawal dari dalam keluarga.
Hingga akhirnya custom service gerbong 3A yang kami naikkan menegur kami memberitahu dan menawarkan bantal sewa untuk bisa digunakan para penumpang menikmati perjalanan.
Dengan senyum ramah Halim mengeluarkan lembaran merah dari dompetnya untuk membayar 6 bantal sekaligus, satu diantaranya memberikan kepada penulis untuk dipakai. Dengan rasa syukur dan ucapan terimakasih kami melanjutkan perjalanan dengan canda ria bersama dengan sendirinya mengusir rasa kantuk menggelayut di peluruku mataku.

Editor: Sarono PS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *